Hujan Hari Rabu
Ada yang berbeda pada penghujan malam rabu, derasnya bagaikan suara tangisan pilu. Mungkin langit sedang menangisi saya dan anda, yang kini sudah tak lagi menjadi kita. Sebab walau ucapku hanya terpatri pada kata-kata hampa belaka, cintamu telah kaupahat dengan mantap pada setiap batu penjuru. Dan engkau berlaku seolah tak mau tahu, berjalan bahkan berlari, membabi buta, layaknya ingin mengenggam pasir gurun sahara, atau menampung lautan dalam mangkuk kaca. Hamba telah tunakrama dan adharma walau diam seribu kata, dan engkau hanya tertawa, berjalan dan berlalu dalam cedera. Seandainya kapal ini terus kita paksakan maju Di tengah badai apakah ia masih tetap laju? Mengarung menerjang, namun perlahan binasa, Menggenang tenggelam lalu tiada. Jogja, 22.02.21