KING
KIng
Halo, teman-teman…
Sudah pernah dengar film King?
Atau kalian juga sudah lihat? Wah, Lala suka film itu lhoooo, film itu diputar
sekitar tahun 2008… sudah lama sekali ya? Dan, sekarang Lala ingin menceritakan
ulang cerita King… boleh kan?
Pada suatu waktu, ada seorang
anak tangguh bernama Guntur, ia mempunyai sahabat bernama Raden. Guntur berusia
kurang lebih 14 tahun. Dia duduk di bangku SMP. Sudah lama ia hidup tanpa ibu.
Ia hidup bersama ayahnya, di dalam rumah kecil nan sederhana. Semua serba
kecil, dapur kecil, kamar tidur mungil, ruang tamu dijadikan satu dengan ruang
keluarga dan ruang makan.
Hari peringatan kemerdekaan tiba,
dan seperti biasa, perlombaan yang diadakan hanya 1, yaitu, bulutangkis, karena
Guntur menyukai bulutangkis, (dan cukup jago bermain bulutangkis) ia mengikuti
perlombaan tersebut. Sayangnya, ia tidak beruntung. Ia kalah. Sebagai hukuman,
ayah Guntur, Tejo, memberikan “hadiah” yaitu skotjump 100 kali dan lari 50
putaran. Raden setia menemani Guntur, untuk menyediakan minum, atau mengelap
keringat Guntur yang bercucuran. Setelah menyelesaikan hukuman, Guntur pulang.
Namun sesampainya di rumah, ayahnya malah mengomel “sudah bagus dinamai King,
tapi tetap saja kalah” Guntur hanya menghela napas, ia pergi ke dapur untuk
membuat kopi untuk ayahnya.
Keesokkan harinya, Guntur pergi
sekolah, di sekolah, ada perlombaan bulutangkis. Di sepanjang jalan, Raden
berkata pada Guntur, “ingat ya Tur, di dalam piala itu, ada banyak uang Tur!”.
Guntur mengomentari dengan heran “emang bener?”
Raden menjawab dengan mantap “iya lah!!!”. Guntur menang dalam perlombaan itu,
dan sejurus kemudian, mereka langsung nyabut
ke area markas kecil mereka, di rumah pohon reyot tanpa atap, dan pintu yang
dikelilingi kebun tak terurus yang sangaaaaaaat luas. Begitu dibuka….
Taraaaaaaa! Kosong… saking marahnya, Guntur membanting pialanya dan memarahi
Raden, “endi isine?!”, yang dalam
bahasa Indonesia, berarti “mana isinya?!”. Guntur pun langsung kabur ke
rumahnya, meninggalkan Raden yang bingung, kecele,
dan nyengir kuda karena malu, sendirian.
Sesampainya di jalan tempat
Guntur tinggal, ia disapa oleh pengurus masjid, “hey, Tur, ngomong karo bapakmu
yo, nek masjid wis nduwe mic anyar”
(hey Tur, bilang bapakmu ya, kalau masjid sudah punya mic baru). Tapi Guntur tak mengindahkannya, malah melenggang masuk
ke rumahnya. Pengurus masjid hanya tertawa kecil, sambil mengetes mic baru itu.
Di rumah, Guntur di sapa oleh ayahnya, “ngopo Tur? Kalah meneh? Yo rapopo…”
pernyataan itu langsung dibantah oleh Guntur “ora kok… Guntur menang…” tanpa
berkata kalau pialanya dibuang olehnya… “ya… tapi kamu itu ngerepotin orang lain” jawab ayahnya dengan logat jawa yang kental.
Guntur langsung protes “kata bapak, alau aku menang bapak gak marah, sekarang
Guntur menang tapi bapak tetap marah!” sambil membanting pintu kamarnya.
Keesokkan harinya, sebelum berangkat ke sekolah, ia membuat kopi untu ayahnya.
Namun sepulangnya dari sekolah, kopi ayahnya belum diminum setetes pun… Guntur
berpikir… ayahnya pergi kemana ya??? Namun karena ia masih marah, ia acuhkan
saja pertanyaannya tadi.
Sorenya, Mas Retno, tetangganya
yang baik hati dan selalu meminjamkan raket untuk Guntur, mengembalikan TV, dan
menegurnya “eh, jadi orang jangan suka ngambek lhooo… eh, bapakmu mana?” yang
disambut dengan gusar oleh Guntur “ra ono bapak-bapakkan”, dan dibalas dengan
jawaban “sama orang tua nggak boleh gitu, durhaka namanya” dan dijawab
dengan bentakkan Guntur, “BEN!!” maksudnya, “BIAR AJA!!!” dan dijawab dengan
santai oleh Mas Retna “hmm, pantesan bapakmu marah sama kamu, kamu itu keras
kepala tahu… kamu nggak tahu ya? Bapakmu memijam raket demi kamu, dan bapakmu
meminjamkan TV supaya aku mau meminjamkan raketku” Guntur langsung menyesal dan
berkata “aku nggak tahu… bapak nggak pernah cerita”. Pada dini hari. Pak Tejo
baru pulang. Namun Guntur tak meminta maaf. Ia sudah tertidur.
Keesokkan sorenya, sepulang
sekolah dan sudah membersihkan badan, ia dan Raden pergi ke markas mereka itu.
Dari ketinggian, mereka bisa melihat di luar kebun itu, ada mobil yang mogok.
Tak ada laki-laki yang ikut menumpang, hanya seorang ibu dan anaknya, yang juga
seusia mereka. Mereka langsung keluar markas dan bermaksud membantu beliau.
Mereka membantu menurunkan barang-barang dalam bagasi, dan menurunkan ban
serep. Lalu, ibu itu berkata, “bisa tolong berikan ini, kalau bertemu dengan
anak saya yang bermain di sekitar sana?” ujarnya sambil menunjuk kebun besar.
Markas mereka. Setelah mencari, alhirnya mereka bertemu denga gadis itu. Di
markas mereka. Mereka berkenalan satu sama lain. Namanya Michelle.
Keesokkan harinya, Guntur dan
Raden pergi ke sekolah bersama. Dan, mereka bertemu Michelle di sekolah.
Rupanya Michelle tinggal di dekat rumah mereka sekarang. Raden suka dengan
Michelle, dan melakukan aksi Pe-De-Ka-Te dengan Michelle, yang langsung dicuekkin oleh Michelle, yang langsung
pulang ke rumahnya. Tapi ternyata Raden mengajak Guntur untuk mengikuti
Michelle, yang langsung kepergok
olehnya. “hei ngapain kamu disini” ujarnya galak, Raden langsung angkat bicara
“ini jalan kampung, boleh dong aku lewat sini”, Michelle menyanggah “tapi
daritadi kamu ngikutin aku” Guntur melerai “tunggu… ini ketinggalan” sambil
menyerahkan kantong berisi kertas, yang kecil. Mereka langsung berjalan kembali
ke rumahnya. Namun Michelle berkata “tunggu… namamu siapa?” dan disahut oleh
Guntur, “Guntur!!!” dan sejak saat itu, mereka menjadi teman akrab.
Suatu siang, Guntur latihan lari
keliling desa. Disemangati oleh dua sahabatnya. Namun Guntur sudah lelah,
merekapun beristirahat bersama. Keesokkan harinya, Guntur dan Raden bermusuhan.
Penyebabnya adalah, Guntur dimarahi oleh bapaknya terus menerus. Sedangkan
Raden? Neneknya mengomelinya terus, di dalam dapur “dadi wong ojo sering
nulungi wong liyo, engko dadi manja” Raden yang sedang mebantu menyalakan api
terisak. Mbahnya heran dan bertanya “ngopo nangis?”, dan langsung dijawab
dengan pelan “asep mbah…” huh… ternyata hanya asap…
Sorenya, Raden berjalan-jalan ke
pabrik pembuatan shuttlecock, yang
disebelahnya terdapat lapangan bulutangkis indoor.
Di depan lapangan itu, terdapat papan pengumuman, dan ada pengumuman penerimaan
siswa bulutangkis baru. Eh, pengumuman itu langsung diambil… aduh… Raden… ia
membuat surat palsu. Namanya palsu, Guntur(padahal namanya Raden). Surat
persetujuannya palsu. Tanda tangan mbahnya juga palsu. Di hari pertama,
“Guntur” diminta untuk lari 10 putaran. Besoknya, mbah Raden datang dengan
ekspresi yang marah… “JO, TEJO!!!!” yang keluar malah Guntur, tapi mbahnya
tidak mau tahu “endi bapakmu? Aku ora sudi cucuku lungo esuk bali maghrib,
musti bapakmu sing ngekon” sambil pergi, ia masih mengomel. Paginya, Guntur
langsung mencari Raden. Ia pergi ke tempat pembuatan cock, dan menemukan Raden disana. Ia sedang berlari bersama
teman-temannya. Tentu saja, Guntur langsung menariknya keluar dari barisan.
“eh, kamu itu dicariin mbahmu, tahu gak? Mbahmu marah-marah sama aku”, sang
pelatih yang melihat “Guntur” ini sedang ngerumpi sama temannya, langsung
membentak “GUNTUR!!!” tentu saja Guntur yang asli langsung melongo… bagimana
orang ini bisa tahu namaku? Cenayang? Tapi Raden langsung kembali ke barisan
dan ikut lari lagi. Masih dalam kebingungannya, ia menarik tangan Raden lagi
“heh? Denger gak? Kamu dicariin mbahmu…” Raden langsung menyela “aku melakukan
ini demi kamu…” ujarnya terengah-engah “GUNTUUUUUR!!!!!” potong pelatihnya…
“lho, Guntur itu saya pak” ujar Guntur yang asli… Raden menyengir kuda, dan langsung mengangguk… mulai saat itu, Guntur
latihan di tempat itu. Dan beberapa bulan kemudian, terdapat seleksi, dan yang
lolos hanya 2, yaitu Guntur, dan salah seorang temannya yang sombong, dan kaya.
Guntur mengatakan kepada ayahnya, kalau dia lolos seleksi dan harus pergi ke
Jakarta. Ayahnya berniat menjual motornya. Namun Pak Lurah yang baik hati
menawarkan mereka untuk naik pickup nya. Akhirnya ia sampai Jakarta, dan
mengikuti seleksi lagi. Namun temannya diskors karena bangun kesiangan.
Guntur lulus sampai seleksi tahap
akhir, dan sangat berprestasi sebagai juara bulutangkis di usia remaja.
Pesan Moral: Kita harus giat,
tekun dan rajin belajar supaya dapat menjadi juara/terbaik
Comments
Post a Comment