Terbang

Seekor burung kecil berusaha untuk terbang. Bersama asap teh pagiku, aku melihatnya bahkan terlalu hijau untuk terbang sekarang. Ia terjatuh dan terjatuh, namun perlahan-lahan ia kembali bangkit, dan berusaha untuk terbang lagi. Entah apa yang dipikirkannya. Siulan-siulan burung di sekelilingnya mencemoohnya, mengejeknya. Namun, suara merdu pujian dan ucapan semangat juga terdengar diantara paduan suara itu.

 

Kusesap lagi tehku, sambil terbayang-bayang kehidupan baru yang kujalani ini. Sungguh sibuk, sungguh melelahkan. Namun di dalamnya, aku terus berusaha tersenyum, meski itu sangat berat. Aku tak ingin siapapun tahu sisi gelap diriku, dan duniaku; kesedihanku, ketakutanku, sifat burukku, sifat anehku, masa laluku dan hidupku. Semua itu menyedihkan dan menggelikan secara bersamaan. Dan aku menyimpannya dalam hatiku rapat-rapat. Tak ingin siapapun mengetahuinya. Tak seorangpun.

 

Sambil mengamati burung payah itu dalam diam, hatiku bergumam "Antoine Saint d'Exupery pernah berkata, bahwa orang dewasa sangat memuja angka; jika kau berkenalan dengan teman baru, mereka tidak akan pernah bertanya apakah mereka memiliki koleksi kupi-kupu ataupun rumahnya, melainkan gaji orangtuanya, ataupun ukuran sepatunya. Dan jika kau berkata bahwa jika semua orang dewasa di dunia ini dikumpulkan dan dibawa ke sebuah pulau terkecil di dunia, sebenarnya mereka dapat dimuat di atas planet itu, mereka takkan percaya. Karena bagi mereka yang adalah mahluk egois, mereeka membutuhkan tempat yang besar dan luas" itulah orang dewasa, segala hal terburuk yang mampu dimiliki manusia, dan dalam setiap pikirannya mereka takkan pernah percaya hal-hal yang manusia muda katakan.

 

Kupandangi tehku yang telah kandas bersamaan dengan sensasi hangat dalam tenggorokanku. Aku kini adalah mahasiswa, dan seharusnya semua telah berubah. Aku tidak seharusnya merepotkan orangtuaku, aku tidak sepantasnya bermanja, apalagi malas. Aku harus melakukan segalanya dengan usahaku sendiri.

 

Namun, mereka tak dapat kuyakinkan. Mereka ingin ikut andil dalam kehidupanku. Hei, ini kehidupanku! Aku berhak mengatur apa yang akan terjadi dalam hidupku, dan aku berhak mempertahankan hal-hal yang kumau dan kuinginkan. Aku juga memiliki hak untuk belajar memutuskan banyak hal penting, dan aku ingin memiliki perasaan-perasaan manusia muda yang mulai belajar tentang arti kehidupan tanpa rasa takut, malu, ataupun terancam. Aku ingin bercerita banyak, aku ingin berani terbuka, dan aku ingin berani mengemukakan pendapatku sejujurnya.

 

Itulah mimpiku. mimpi kecilku, mimpi sederhanaku.



Yogakarta, 18 Januari 2020

Comments

Popular posts from this blog

AYD girls squad

Contoh Essay LPDP 2022

Raya kala