Sepucuk Surat dari Ayah

Anakku, sudah seberapa besar kau?
dengarkanlah ini,

dengarkanlah pengalamanku,
yang berhiaskan jeritan hati,
dan ambillah hikmah yang harus kita petik.

Aku terbangun saat matahari masih mengintip,
dan kemudian aku sarapan? Ya, tentu aku sarapan,
apakah sarapanku ini mewah? Ooo, tidak, lihatlah sarapanku ini,
hanya ditemani segelas besar air hangat dan sepotong roti,
tak ada teh, tak ada kopi, juga selai,
apakah aku kenyang? Tentu tidak,
tetapi, tidak seorangpun yang bertanya kepadaku soal ini,
kalaupun ada, mungkin mereka takkan memberikannya.

Waktu terus memburuku untuk cepat bekerja,
lihat! banyak pengungsi yang menangis, kelaparan,
dan meminta agar jeritan hati mereka didengarkan, walau sebentar,
apakah aku beristirahat? Tidak, aku sama sekalitidak beristirahat,
karena waktu terus mencambukku,
akhirnya setelah 12 jam bekerja tanpa henti, akupun dapat beristirahat,
tetapi, aku takkan bisa mandi, disini air sungguh jarang, masih untung aku dapat minum.

Apakah aku makan malam? Soal itu, belum tentu,
kalau masih ada makanan sisa untuk relawan, kami makan
kalau tidak? Ya sudah.

Untunglah hari ini ada sebungkus nasi,
aku memakannya dengan lahap,
karena aku lapar, sangat lapar, setelah bekerja 12 jam lamanya,
setelah makan, aku lelah, aku mengantuk,
aku tidur di sebuah ranjang tua, berderit sewaktu ku bergerak.

Tidurku, hanyalah ditemani sebuah selimut tua, yang tipis dan bertambal,
aku harus bersyukur, meskipun selimut itu bekas pengungsi yang meninggal karena sakit,
dan tak tahan dengan kondisi pengugsian,
dan guling, yang kutemukan di dekat lokasi perang,
sambil memeluk guling ini kupejamkan mataku membayangkan, bahwa itu adalah kau,
anakku, yang paling kucinta dan kusayang.

Sebenarnya, banyak yang ingin kuceritakan,
tentang pengungsi yang tabah, sabar, dan tegar,
tapi, sungguh panjang kuceritakan,
ah, lain kali aku berjanji akan menceritakkannya untukmu,
tanpa satu hal pun yang terlewatkan.

Semoga surat ini sampai ke tanganmu,
anakku,
karena, dikondisi perang sungguh sulit untuk mengirim surat.

Pulang? Ya, Ayah akan segera pulang,
Ayah berjanji,
setelah perang usai, Ayah akan segera pulang,
doakan Ayah supaya perang segera usai dan Ayah segera pulang,
Ayah rindu sekali padamu,

Salam sayang,


Ayah

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Essay LPDP 2022

AYD girls squad

Raya kala