Off Road Ke Merapi

Pada hari Senin, 9 Januari 2012. Saya, bersama Mami, Lala U, Tante Uli, Om Ical, Agil, Tante Ida, Qonita, Tante Dian, dan Om Seno, hendak off road ke Merapi.

Pada jam 09.00, Tante Ida yang naik sepeda sampai di rumah kami. Lalu setelah saya, Papi dan Mami selesai mempersiapkan diri, kami naik mobil dan di antar sampai ke pemancingan.(karena Papi harus mengajar, jadi papi tidak ikut :(

Papi menurunkan kami di pemancingan, dan kami bertiga menunggu di tempat yang di janjikan, yaitu pertigaan dekat pemancingan. Setelah beberapa lama menunggu, kami akhirnya dijemput oleh trooper milik Lala U. saya dan Lala U duduk di bagasi, dan selama perjalanan saya dan Lala U bercanda.

Kami tidak langsung pergi ke Merapi, tapi kami pergi ke tempat teman Om Ical, yang juga mempunyai trooper. Saat sampai di depan jalan menuju rumah teman Om Ical, Om Heru namanya, kami menunggu Om Seno dan keluarganya, setelah kami bertemu, kami menuju rumah Om Heru. Sesampainya di rumah Om Heru, Om Seno memarkirkan mobilnya di dekat rumah Om Heru, lalu setelah itu, Om Seno naik Trooper milik Om Heru. Dan Om Ical memberikan Walkie Talkie kepada Om Heru, supaya dapat memberikan penjelasan dari dalam mobilnya.

Di dalam perjalanan, saya, dan Lala U, mengobrol, menyantap bekal, dan bermain. Sedangkan orang tuanya berdiskusi tentang…. Tentang apa ya? Saya tidak tahu, karena asyik mengobrol dengan Lala U sich… hehehe.

Saat sampai di perbatasan antara tanaman yang mati dan tanaman yang hidup, kami dijelaskan bahwa ini terjadi karena wedhus gembelnya itu membentuk melebar seperti kipas sehingga ada bagian yang kena ada juga yang tidak. Kami berhenti sebentar untuk melihat – lihat. Ups! Seksi dokumentasi (Om Seno)lupa membawa kamera! Kameranya tertinggal di mobilnya. Jadi kamera kami, dipinjamkan oleh mami. Oh iya! Perbatasan antara tanaman yang hidup, dan yang mati, sudah tidak terlalu terlihat batasnya, sebab, tanaman yang mati juga sudah mulai tumbuh daun. Hanya saja batang pohon mati yang meski sudah menumbuhkan daunnya lagi, masih agak hitam lho! Eh gerimis! Ayo masuk! Dan melanjutkan perjalanan!

Lalu kami maju sedikit, ke tempat penampungan air untuk menyiram lapangan golf tidak kecil, tapi tidak besar, yaaa lumayan saja J. Kami melanjutkan perjalanan ke merapi. Saat sampai di penambangan pasir, kami berhenti sebentar, menunggu seksi dokumentasi memotret sekitar tambang. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan melewati jembatan yang rusak, tapi karena sudah diperbaiki jadi tidak apa – apa. Nah saat dijembatan kami di jelaskan bahwa ini adalah sabo dam yang tertutup pasir sehingga tidak berfungsi lagi, dan jembatan ini sewaktu erupsi Merapi roboh, tapi karena sudah diperbaiki dapat dilewati lagi. Kami berhenti sebentar, mempersilahkan seksi dokumentasi mengabadikan sabo dam yang tertutup pasir, tentu saja dari dalam mobil!

Kemudian kami berjalan melewati jalan yang tertutup pasir. Ini adalah sebuah desa lho! Hiii seperti kota mati. Kami tidak berhenti disini, kami terus melewati desa ini dan kami lalu melihat opak purba. Konon, kali opak ada disini, tapi karena salurannya tertutup oleh pasir dari merapi kali opak pun berpindah tempat!

Akhirnya kami berada di kaki gunung merapi dan mulai naik, kami melewati jalan yang tidak stabil, aku dan Lala U senang sekali, karena sangat menantang, sedangkan mami ketakutan (meski tidak teriak J). Akhirnya setelah kami hampir sampai di titik 3 km dari puncak gunung merapi, kami berhenti, lalu seksi dokumentasi mengabadikan kondisi merapi yang sekarang sudah mulai menghijau. Karena sudah ditanami pepohonan dari berbagai LSM.

Pengalaman offroad ke lokasi bekas bencana merapi sangat berkesan. Mulai dari prnghuni merapi yang tidak mau pindah, rumah-rumah yang sudah tak beratap tapi masih berpenghuni, lokasi bencana yang dijadikan kolam terpal tempat budidaya ikan, upaya pemanfaatan tumpukan material merapi untuk dibuat jadi batako, sampai upaya penduduk yang memilah-milah batu muntahan merapi sesuai ukuran untuk dijual ke pembeli yang datang dengan menggunakan truk. Usaha yang sangat gigih.

Dari sana kami bergerak sampai ke ujung perjalanan offroad kami, dan kami melihat sungai yang kering dan masih panas(karena panas dari perut Merapi) sangat kelihatan asapnya masih mengepul! Om Heru bilang sebenarnya saat pasir itu sudah dingin pasir itu tergerus oleh air, karena bawahnya panas, maka pasir itu mengeluarkan asap, lalu tergerus lagi begitulah seterusnya. Setelah agak lama berada di sini, kami berfoto sebentar, lalu pulang. Sebenarnya masih banyak yang ingin kami kunjungi. Tetapi karena hujan, tujuan itu batal karena jalan lebih berbahaya. Jadi kami ke rumah Om Heru, menunggu Om Seno turun dan kami saling berpamitan dan saya di antar pulang oleh Tante Uli sampai ke rumah. Setelah berpamitan, kami masuk ke rumah, dan Tante Ida pun berpamitan.

%?TAMAT>"

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Essay LPDP 2022

AYD girls squad

Raya kala