Pergi Ke Museum Bahari

Pada hari Sabtu, 4 Februari 2012 kami pergi ke museum bahari. Pada jam 09.00 kami berangkat, tapi dalam perjalanan saya terkena macet haduuuuh! Tapi akhirnya kami tiba di museum bahari, kami turun, papi memarkir mobil lalu turun juga. Di sana sudah ada Om Seno dan Keluarga, Tante Ida, dan kak Vita, kakak kelasku di bangku SD(sekarang pun masih karena sekarang ia duduk di kelas 2 SMP dan aku dan adiknya,Pascal yang lebih dulu duduk di kelas 1 SMP) dan ayahnya Om Anton.
Kami di sambut ramah oleh penjaga museum itu, dan setelah itu kami masuk ke dalam gedung, penjaga yang ramah itu bercerita sejarah berdirinya museum bahari tersebut. di lantai ini, berisi cinderamata-cinderamata dari berbagai negeri, semua ini milik pendiri museum bahari.
Di lantai kedua ada tiga buah patung yang diberi seragam TNI AL, dua laki – laki, dengan dua jenis seragam yang berbeda, dan satu perempuan, yang diberi seragam TNI AL juga. Selain itu, ada juga berbagai jenis miniature kapal, ada juga beberapa contoh meriam dalam berbagai ukuran, perlengkapan saat melaut, berbagai macam “pin” sesuai pangkat, dan bekal saat perjalanan di laut, yaitu makanan kaleng, dan bila koki mabuk laut, ada biskuit buatan TNI AL, bisa dimakan untuk berpuluh – puluh hari, kopi bubuk kalengan, dsb.
Setelah puas melihat lantai dua, kami turun dan akan pindah ke tiruan kapal, di gedung sebelah, lantai atas, disana adalah bagian kemudi kapal ada berbagai macam peralatan, seperti: alat pemanggil, bel, radio, laci peta, dan alat kemudi. Petugas museum pun menjelaskan fungsi dan cara menggunakan dari masing2 peralatan yang ada di ruang tersebut. Di sana, saya, Kak Vita, dan Pascal, menyempatkan diri berpose sejenak dengan menggunakan pakaian pelampung yang tersedia di ruang tersebut.
Saat kami turun, tante Dita yang hendak masuk ikut naik ke tiruan kapal ada tante Nisa yang baru saja datang bersama keluarganya, kami turun ke audiovisual, disini kami akan menyaksikan film yang bercerita tentang TNI AL, dan sejarah tentang TNI AL. Semua ikut menonton di audio visual, yang tertinggal menyaksikan koleksi museum, akan diantar berkeliling setelah film.
Selesai menonton, mami membagikan oleh – oleh khas Lombok, dodol rumput laut. Setelah selesai memakannya, tante Nisa dan tante Dita beserta keluarganya masing – masing, melihat – lihat koleksi museum bahari di gedung yang tadi kami sudah lihat, berbagai macam cinderamata, dan di atas ada tiga buah patung yang diberi seragam TNI AL, dua laki – laki, dengan dua jenis seragam yang berbeda, dan satu perempuan, yang diberi seragam TNI AL juga. Selain itu, ada juga berbagai jenis miniature kapal, berbagai macam “pin” sesuai pangkat, ada juga beberapa contoh meriam dalam berbagai ukuran, perlengkapan saat melaut, dan bekal saat perjalanan di laut, yaitu makanan kaleng, dan bila koki mabuk laut, ada biskuit buatan TNI AL, bisa dimakan untuk berpuluh – puluh hari, kopi bubuk kalengan, dsb.
Selesai menunggu, kami melanjutkan perjalanan ke rumah Om Seno, untuk makan siang dan juga akan berbagi pengalaman tentang homeschooling dan saling berkenalan satu sama lain sebab ada beberapa keluarga yang baru pertama kali ikut bersama kegiatan kami. Kaliini kami banyak mendapat cerita dari Pak Anton, ayak dari Kak Vita dan Paskal. Pak Anton sudah lama menjalankan HS (dengan Pascal) jadi sudah lebih berpengalaman.
Selesai makan, papi menumpang ganti baju, dan meninggalkan acara terlebih dulu, untuk mengajar di UT,sedangkan saya dan mami saya tinggal di rumah Om Seno, mami berdiskusi bersama orang tua yang lain, sedangkan yang anak – anak bermain di luar. Saat mami dan beberapa orangtua sedang berdiskusi, kami kedatangan tamu HS lagi, bernama tante Popi.
Setelah sekian lama berdiskusi, Tante Nisa dan keluarga pamit pulang, karena anak – anaknya rewel. Kami melanjutkan diskusi sebentar, setelah itu satu – persatu dari mereka pamit pulang, tinggal saya, Mami, tante Popi, dan anaknya. Setelah berdiskusi sebentar dengan Tante Dian, tante Popi pamit pulang, saya menunggu Papi datang, saya menanyakan tante Dian bagaimana cara untuk menyulam pita, sebenarnya tante ingin memperagakannya, tapi, jarumnya tidak ketemu, sehingga tidak jadi melihatnya, dan kami pun dijemput, setelah melihat kebun belakang sebentar, ada pisang raja sewu lho…yang buahnya rapat sekali dan tandannya panjang hampir sampai ke tanah.
Tak lama kemudian, kami pun pamit pulang dengan membawa bibit buah naga oleh2 dari om Seno. Makasih ya Om, sekarang bibit itu sudah ditanam…mudah-mudahan segera berbuah.


TAMAT

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Essay LPDP 2022

AYD girls squad

Raya kala