Hadiah Ulang Tahun Paling Berkesan



13 Mei lalu, saat aku berulang tahun ke-16, aku mengikuti live in bersama Ikatan Keluarga Mahasiswa Katolik UNY yang bertema “hiduplah menjadi berkat bagi sesama” di daerah Paroki St. Perawan Maria, Dalem, Sawit Gantiwarno, Klaten. Kami berangkat bersama dari Student Center sekitar pukul 13.00 WIB dan sampai di kapel pukul 15.00 WIB. Sesampainya di kapel, kami mengengarkan sambutan-sambutan dari ketua panitia CBT, dosen pendamping, dan ketua lingkungan, setelah itu kami diabsensi. Seusai absensi, kami segera “diserahkan” ke keluarga tempat kami live in. satu persatu teman-temanku sudah dipanggil, dan hanya aku yang belum dipanggil. Ternyata tejadi sedikit kesalahan teknis. Akhirnya setelah panitia membuka-buka data, namaku ditemukan, dan aku tinggal bersama di  rumah Bu Priyo.
Bu Priyo langsung maju dan saya menyalaminya. Kami langsung berjalan menuju rumahnya. Rumahnya besar, tapi ia hanya tinggal sendiri bersama kucing, ayam dan sapinya. Setelah berganti baju, saya menawarkan bantuan barangkali ada yang bisa dibantu, tapi bu priyo menolak dengan halus. Saya jadi merasa tidak enak. Akhirnya saya membantu menyapu sedikit. Setelah menyapu saya diawari makan, dan kemudian diajak berkeliling mengambil jumputan (beras yang diletakkan dalam sebuah wadah kecil dekat pintu rumah). Seusai mengambil jumputan dan meletakkannya di pos ronda, saya mandi dan mengikuti Rosario. Rosario di lingkungan ini menggunakan Bahasa jawa, namun kami para mahasiswa yang ikut live in diperbolehkan untuk berdoa menggunakan Bahasa Indonesia. saya di lingkungan Agustinus tinggal bersama seorang teman dari FBS juga yaitu Wasti, seorang teman dari FE (kalau tidak salah) dan tiga teman dari FIK.
Keesokkan harinya, saya bangun pukul 05.30 dan menemani bu Priyo memberi makan sapinya. Setelah itu saya sarapan dan mencuci muka juga sikat gigi. Saya menunggu Wasti untuk berangkat bersama namun dia tidak segera dating. Akhirnya aku memutuskan untuk segara berangkat sendiri. Setelah berpamitan dan menitipkan pesan, saya berjalan menuju kapel (karena belum tahu dimana gua marianya). Sesampainya saya di jalan raya, saya bertemu dua kakak panitia yang berboncengan naik motor dan menyapa mereka. Tak berapa lama, salah satu dari kakak panitia tadi menyusulku dengan motor dan mengantar saya sampai kapel untuk berjalan bersama teman-teman yang lain.
Di gua, sudah ada banyak teman-teman yang sedang bersih bersih di sekitar gua maria. Tak berapa lama kemudian kami diminta berkumpul untuk diabsen dan pengarahan. Setelah absen dan ramah tmah olh ketua pengelola dan romo, kami segera menuju tempat kerja bakti. Saya membantu membersihkan sisa lilin yang menempel di salah satu perhentian dan juga membersihkan lumut.
Seusai kerja bakti, kami diminta berkumpul di pendopo dekat gua maria dan melakukan games serta sharing bersama frater Alex. Seusai acara bersama, kami makan dan pulang ke rumah masing-masing. Saya pulang bersama teman selingkungan; Wasti, Dewani, dan Paul. Sesampainya di rumahku, Paul dan Dewani berpisah jalan sementara Wasti menunggu jemputan di rumahku. Sambil menunggu kami mengobrol banyak hal.
Setelah wasti dijemput, saya mandi dan bersantai. Sore harinya saya dan bu Priyo dan beberapa tetangganya berjalan bersama-sama menuju kapel. Setelah misa, bu Priyo memberikanku oleh-oleh emping garut dan karak. Sesampainya di rumah, saya disuruh makan setelah itu saya bersantai sambil mengobrol dengan bu Priyo. Karena bu Priyo capek dan ngantuk, akhirnya kami tidak ikut Rosario sore itu dan beristirahat di rumah. Saya membantu mempersiapkan tempat tidur untuk bu Priyo dan membiarkan bu Priyo tidur. Setelah itu saya menulis refleksi untuk dikumpulkan keesokkan paginya.
Hari terakhir saya di daerah Sendang Sriningsih. Selama saya tinggal di rumah bu Priyo, kami tidak banyak berbicara. Namun saya banyak belajar dengan melihat keseharian bu Priyo selama 3 hari 2 malam. Saya belajar pentingnya waktu bersama keluarga. Hargailah waktu yang masih Tuhan sediakan untuk bersama dengan keluarga. Saya juga belajar untuk lebih peka, sabar dan lemah lembut. Selain itu saya merasa sangat bersyukur meski rumah saya lebih kecil dari rumah bu Priyo, rumah saya bersih nyaman, dan tidak selalu sendiri di rumah. Satu hal yang sangat dirindukan dari rumah saya adalam air minum. Air minum terbatas dan rasanya tidak terlalu enak. Meski tidak enak, ketika saya haus dan perlu minum, saya berusaha tidak menghabiskan air minum bu Priyo meskipun saya selalu melihat bu Priyo minum teh saja selama ini.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Essay LPDP 2022

AYD girls squad

Raya kala