Adopsi

Beberapa waktu lalu, aku mendengar suara tangisan kucing kecil di dekat rumahku. Pada awalnya, kupikir bahwa itu adalah anak kucing yang baru lahir dan merengek lapar, menanti ibunya untuk memberi makan. Suara kucing tersebut tak berhenti, apalagi saat malam. Ibuku mengeluh, sebab ia sulit tidur. Keesokkan harinya, aku mencari sumber suara. Rupanya memang mereka berada sangat dekat dari rumahku, pantas saja suaranya sangat nyaring. Namun, aku dilarang untuk mendekati mereka. Apalagi, mereka berada di halaman rumah orang, menambah rasa sungkan untuk memastikan keadaan mereka. Lagipula, mungkin saja sebenarnya mereka dipelihara bukan? Tapi ibuku menyanggah dan berkata, sepertinya mereka ditelantarkan, sebab jika dipelihara, mengapa kucing-kucing yang masih lemah itu dibiarkan di luar bahkan saat malam datang?

Tangisan itu tak kunjung berhenti. Hatiku semakin tergelitik untuk mengecek keadaan mereka. Aku membulatkan tekad dan berjalan ke ember hitam tempat mereka diletakkan. Dan lihatlah! Empat ekor kucing yang sangat lucu dan warna bulunya sangat bagus; ada yang berwarna kuning, kuning muda, hitam, dan hitam kekuningan. Mereka begitu kotor dan basah, barangkali juga lapar dan kedinginan. Apakah benar mereka terlantar? Kuberanikan diri untuk bertanya kepada tetanggaku, meskipun kami tidak akrab. Rupanya, tetanggaku menemukan mereka di atas atap, dan akhirnya memutuskan untuk menaruh anak-anak malang ini di belakang pekarangan rumah mereka, berharap bahwa ibunya datang mencari. Sayangnya hingga hari ketiga, sang induk tak juga kunjung datang.

Aku memutuskan untuk menuliskan kisah ini di Whatsapp, berharap ada yang tertarik untuk mengadopsi. Berkat bantuan seorang teman, aku menemukan satu orang yang tertarik untuk mengadopsi. Lalu kolegaku juga mengusulkan untuk merawat mereka di kantor kami terlebih dahulu, hingga ada yang ingin mengadopsi. Aku menyetujuinya dan membawa mereka menggunakan kardus. Dengan hati-hati aku berkendara ke kantorku yang 45 menit perjalanan jauhnya. Sesampainya di kantor, aku langsung mengeluarkan keempat bayi kucing ini agar mereka mendapatkan cukup ruang untuk bergerak. Kardus tempatku meletakkan mereka sudah lembap karena hujan yang tiba-tiba turun. Temanku sedang pergi untuk makan siang sambil membeli susu kucing.

Tak lama berselang, temanku datang dan kami langsung melihat keadaan kucing-kucing ini dengan seksama, karena badannya kotor, kami bersihkan dan lap. Mata mereka rupanya terpejam sebab banyak kotoran kering yang menempel pada wajah mereka. Saat kotoran tersebut dibersihkan, terbukalah mata mereka dan dapat kulihat mata mereka yang biru indah. Aku menyukai warna mata kucing yang biru karena aku jarang melihat warna mata kucing yang biru. Jika saja aku boleh memelihara mereka…

Mereka sudah bersih dan kenyang. Kami memberi mereka susu hangat dengan bantuan pipet; bukan sebuah pekerjaan mudah dan tentu saja sebuah pengalaman baru untukku. Jika salah satu dari mereka dipisahkan, mereka akan berbunyi nyaring, seolah enggan tercerai. Kini mereka sedang tertidur sambil meringkuk berempat Temanku memprediksikan bahwa usia mereka saat ini satu bulan. Cukup kecil untuk ukuran kucing yang ditinggal ibunya, namun sudah cukup besar dan kuat untuk dirawat oleh manusia. Meskipun demikian, merawat mereka pada tahap ini membutuhkan ketelatenan yang tinggi, sebab mereka harus sering-sering diberi susu dan dibersihkan dari ompol.

Karena aku membawa mereka ke kantor di penghujung pekan, aku hanya bisa merawat mereka pada saat ini saja. Kami juga tidak berencana untuk merawatnya terlalu lama, sebab lingkungan kantor tentu saja tidak kondusif untuk anak kucing. Maka dari itu, kami segera mencari orang yang kira-kira berkenan mengadopsi anak-anak ini.

Tawaran pertama datang dari seorang teman dari temanku, tapi akhirnya tidak jadi karena tidak ada yang bisa mengantarnya untuk mengambil kucing-kucing tersebut di belahan Jogja selatan. Tawaran kedua datang dari kakak temanku, namun lagi-lagi batal karena ia takut tidak mampu merawat kucing yang masih kecil-kecil tersebut. Pada akhirnya, akhir pekan kucing-kucing itu dilewati di kantor kami...

Di hari Senin, ketika murid-murid kelas datang untuk belajar, salah seorang dari mereka menawarkan diri untuk membuatkan pengumuman di Facebook. Dalam sekejap, bayi-bayi kucing tersebut memiliki keluarga baru dan mereka akan segera bertemu siang nanti. Tentu saja kami merasa sangat bersyukur sebab mereka akhirnya bisa tinggal di tempat yang layak bersama orang yang menyayangi mereka.

.

Peristiwa adopsi mengadopsi ini membuatku belajar satu hal. Mencintai itu mudah, tapi untuk mengimplementasikan perasaan tersebut kadang bisa sulit, sebab situasi dan kondisi yang memang tidak memungkinkan. Tidak menampik pula adanya faktor "rezeki". Kalau bukan rezekinya untuk memiliki, maka tentu ada saja hal yang bisa menghalangi.

Namun bukan lantas perihal sulitnya implementasi perasaan ini membuat kita berhenti dan menyerah dengan keadaan, kadang kita harus berjuang dan tetap melakukan sesuatu sebatas apa yang mampu kita lakukan. Dalam konteks ini, seandainya kita menyukai hewan namun tidak memungkinkan untuk merawat, mungkin kita berbagi rezeki dengan tempat penampungan hewan, atau apabila memiliki tenaga, mengapa tidak mencoba menjadi relawan? Tentunya akan ada kepuasan sendiri bisa hadir dan berbuat sesuatu kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan ini.

Teruslah mencintai, sebab dari cinta, kita bisa banyak belajar tentang makna kehidupan.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Essay LPDP 2022

AYD girls squad

Raya kala