7esen dan Generasi Literasi

Beberapa waktu ini aku sedang tertarik dengan tema literasi. Menurutku, masalah literasi, terutama di Indonesia, merupakan hal penting untuk diperhatikan. Maka dari itu, aku ingin menyelam lebih dalam dengan mengenali dan mengambil peran dalam literasi Indonesia. Semesta mendukung, pada bulan April lalu ada rekrutmen untuk menjadi relawan dalam kegiatan Generasi Literasi (GenLit) dan tanpa berpikir panjang, aku pun langsung mendaftarkan diri.

Kegiatan ini akan berlangsung setiap Sabtu selama dua bulan dan diisi dengan beberapa sesi yang diisi oleh narasumber yang merupakan penggiat-penggiat literasi di Indonesia. Setelah melalui seleksi dan dinyatakan lolos, kami dibagi dalam kelompok yang terdiri dari kurang lebih enam orang dan ditemani oleh satu orang pendamping yang sukarelawan dari batch sebelumnya. Sebelum memulai kegiatan rutin, kami diminta menuliskan hal-hal yang ingin dicapai selepas kegiatan ini.

Resolusi pasca-kegiatan GenLit


Kelas Pertama

Kegiatan yang pertama kami lakukan adalah inagurasi. Sesi ini membahas kondisi literasi Indonesia serta kurikulum kegiatan. Sesi inagurasi diakhiri dengan sesi perkenalan dan pemberian nama kelompok. Di sini aku berkenalan dengan Kak Todi, fasilitator kelompok kami, serta Kak Marsam dan Kak Yanti. Di detik-detik terakhir, kami memutuskan untuk memberi nama kelompok kami dalam bahasa Jerman "Sieben Lesen" atau "tujuh membaca". (agak maksa dikit, wkwkwkwk) Alasan menggunakan angka 7 adalah karena kami berada dalam kelompok tujuh yang juga terdiri dari tujuh orang. Penggunaan bahasa Jerman diusulkan oleh Kak Yanti karena aku bisa bahasa Jerman.

Pada hari Sabtu berikutnya, sesi sesungguhnya dimulai. Kelas pertama diisi oleh Kak Nila Tanzil, pendiri Taman Baca Pelangi. Sesi pertama bertema “Urgensi Literasi dan Mengenal Taman Baca”. Kelas ini menjadi pengantar dan dasar yang menjelaskan tentang pengertian literasi dan ruang lingkup literasi (baca 6 literasi dasar), dilanjutkan dengan membahas pentingnya literasi. Latar belakang masalah literasi yang dibahas dalam kelas pertama ini telah terangkum di sini.

Setelah mengemukakan mengenai tantangan yang masih dihadapi Indonesia, Kak Nila mengajak kita bisa turut membantu mengembangkan literasi di Indonesia, beberapa tips yang sempat diberikannya antara lain memiliki motivasi, berpikir kreatif dan memanfaatkan media sosial. Selain tips, dalam sesi tanya jawab Kak Nila juga banyak berbagi pengalamannya dalam mengelola taman bacaan dan mengorganisasi pengadaan taman bacaan di pelosok Indonesia.


Rangkuman kelas pertama

Tantangan pertama GenLit adalah mengobservasi tempat membaca di sekitar lingkungan masing-masing. Aku sempat mencari melalui Google, namun ragu dengan kemutakhiran data tempat-tempat tersebut, sehingga akhirnya aku memilih untuk bertanya pada teman hingga akhirnya memilih untuk mengobservasi perpustakaan sebuah yayasan pembinaan anak jalanan, Rumah Impian. Data ini akan digunakan kelompok untuk tugas berikutnya.


Kelas Kedua

Kelas kedua diisi oleh Kak Intan Siagian. Sesi ini membahas cara penggalangan donasi buku. Indoreadgramorganisasi yang didirikan Kak Intan, memiliki segudang pengalaman penggalangan donasi buku ke berbagai tempat di Indonesia. Kak Intan berbagi tips bagaimana memulai donasi, mengatur berkas dan juga do and dont's penggalangan donasi.

Dari Kak Intan aku jadi paham kalau riset merupakan bagian penting penggalangan dana. Dalam tahapan ini kita mempertimbangkan taman bacaan mana yang urgen untuk dibantu, tanpa melupakan kemampuan penggalang donasi, apakah mampu menggalang donasi dengan jumlah buku tertentu atau biaya tertentu. Selain itu, buku sumbangan pun harus kita data dan diberi label, tujuannya untuk menyesuaikan kebutuhan buku, mempermudah pelaporan serta sortir di taman bacaan itu sendiri.

Hal menarik lain yang disampaikan Kak Intan adalah program kirim buku gratis dari Pos Indonesia. Program ini diadakan sebulan sekali setiap tanggal 17. Bagi penggalang donasi, tentu saja program ini sangat membantu pengiriman. Namun sayangnya, program ini sedang terhenti karena pandemi. Mudah-mudahan program ini segera kembali, supaya dapat membantu kegiatan donasi buku di masa depan.

Rangkuman kelas kedua

Usai kelas kedua, kami diminta untuk mengerjakan challenge kedua, yaitu penggalangan buku. Setiap kelompok mendiskusikan tujuan donasi dan lini masa donasi kami masing-masing. Diskusi tujuan donasi didasarkan pada lokasi observasi kami minggu sebelumnya. Kami akhirnya memutuskan untuk mengirim donasi ke Kupang, yaitu Taman Baca Lopo Tunas berdasarkan urgensi kebutuhan buku. Kami tidak lupa juga menyiapkan poster dan redaksi promosi agar kegiatan ini dapat segera tersebar luas.

Ternyata menggalang donasi berupa uang agak "menyeramkan". Tak lama setelah kami menyebarkan poster, beberapa orang menghubungi kami dan mengatakan bahwa mereka telah mentransfer donasi. Anehnya, pesan berikutnya menyampaikan bahwa ada kelebihan transfer dan meminta sebagian uang untuk dikembalikan atau dikirimkan ke donasi lain. Ketika hal yang sama terjadi beberapa kali, kami mulai menyadari bahwa ini janggal. Kami diingatkan juga oleh koordinator kami, Kak Putri, bahwa ini adalah penipuan. Kami akhirnya memutuskan untuk tidak menanggapi pesan-pesan itu, setelah sebelumnya kami sudah sempat telanjur "kecolongan" sekali :( .Semoga teman-teman yang berencana menggalang donasi berupa uang dapat lebih hati-hati ya...

Dari dua jenis penggalangan yang kami lakukan, rasanya lebih mudah menggalang donasi buku daripada dana. Ketika buku-buku donasi sudah mulai berdatangan ke tempat kami, donasi yang didapat masih minim. Meskipun demikian, kami tetap senang dengan antusiasme teman-teman yang bersedia untuk memberikan bukunya untuk teman-teman di Kupang.

Poster penggalangan buku 7esen


Kelas Ketiga

Setelah libur lebaran, kelas GenLit berlanjut. Kelas ketiga dibawakan oleh Kak Arum yang merupakan pengembang materi Gernastastaba dan guru Sekolah Kembang. Di sesi kali ini kami belajar membaca.

Hah? Membaca, kok diajarin? 

Sejak kecil kita memang sudah bisa membaca, tapi ketika membaca, apa kita telah menjadi pembaca aktif?

Pembaca aktif adalah seseorang yang senantiasa membaca. Pada dasarnya proses membaca pasti dilakukan secara aktif, sebab membaca pasti melibatkan proses berpikir. Ketika membaca, kita memiliki tujuan bermacam-macam. Manfaat membaca banyak.

Pertanyaan yang sering diajukan adalah bagaimana bisa rajin membaca? Berangkat dari motivasi yang berbeda-beda.

Tak lupa setelah membaca, kita juga bisa melakukan kegiatan lanjutan. Untuk anak-anak ini bermanfaat supaya bisa semakin menarik minat anak untuk membaca, bagi kita orang dewasa ini kegiatan ini juga penting agar kita dapat memahami atau memaknai bacaan dengan lebih dalam.

Satu hal yang aku pelajari juga di sini adalah bahwa kadang proses membaca tidak selalu menyenangkan. Ada buku yang bisa dengan cepat kita habiskan, ada yang tidak. Ada buku yang semangat kita baca, dan ada pula buku yang tidak selesai-selesai dibaca. Ini adalah hal yang normal. Tidak perlu merasa bersalah apabila sewaktu-waktu kita tidak menyelesaikan bahan bacaan, sebab membaca bukanlah sebuah paksaan.

Rangkuman kelas ketiga


Kelas Keempat

Kelas pemungkas ditutup oleh Kak Dayu dan Kak Grace. Mereka adalah pendiri Pinjam Pustaka yang berlokasi di Jayapura.



Rangkuman kelas keempat


Kelas telah berakhir, namun tidak dengan tugas-tugas kami. Kami masih harus menulis laporan, mengerjakan tugas, dan yang paling penting: mengirim buku dan bertemu dengan teman dari Lopo Tunas! Setelah membuka donasi selama lebih dari dua minggu, kami berhasil mengumpulkan 400 buku dari Jogja, Kalimantan dan Kupang! Kami segera mengumpulkannya di Kupang dan diorganisasi oleh Kak Yanti untuk segera disalurkan ke Lopo Tunas.

Senang rasanya mendengar kabar dari Kak Yanti, bahwa anak-anak dan pengurus di Lopo Tunas antusias menerima buku dari kami. Buku-buku tersebut kemudian disimpan di rumah pendiri Lopo Tunas dan dikeluarkan secara berkala, sebab Lopo, sesuai namanya, lumbung, adalah tempat terbuka sehingga lebih baik menyimpan buku di tempat yang lebih tertutup. Di Lopo Tunas Kak Yanti disambut dengan nyanyian dan mereka sempat bermain bersama. Seandainya anggota 7esen bisa ikut semuaaa... :')

Selain menyalurkan, kami juga membagikan materi yang kami dapatkan di GenLit kepada pendiri Lopo Tunas, Kak Jancen dalam kegiatan "Sehari bersama Taman Baca". Acara ini kami laksanakan secara luring mengingat lokasi kami jauh dari Kupang.

Penutup

Sebelum GenLit benar-benar berakhir, kami melakukan perpisahan dan "wisuda". Di sini kami saling memberikan kesan pesan serta penghargaan, baik kepada individu maupun kelompok. 7esen mendapatkan penghargaan Kelompok Terbaik Ke-3 serta Kelompok dengan penggalangan buku terbanyak loh! Selain itu, ketua kelompok kami, Kak Yanti, juga mendapatkan penghargaan sebagai volunteer terbaik! Semua ini tentu berkat teman-teman yang proaktif, serta fasilitator yang tekun mendampingi kami. #mantap

Terlepas dari penghargaan-penghargaan yang didapatkan oleh kelompok ataupun individu, ada banyak sekali hal yang didapat; pelajaran, pengalaman, teman, dan tentu saja, kenangan!

Setelah berproses bersama selama dua bulan, tentu sedih rasanya untuk mengakhiri GenLit ini. Semoga di lain kesempatan, aku masih bisa terus berpartisipasi dalam kegiatan sosial, terutama literasi.

Comments

Popular posts from this blog

AYD girls squad

Contoh Essay LPDP 2022

Raya kala