Facta, Non Verba!

Seorang sopir bus di Amerika bertugas untuk mengantar anak-anak berkulit putih dan hitam ke sekolah. Setiap hari, mereka selalu berebut siapa yang bisa duduk di bangku paling depan.

Suatu hari, sang sopir lelah dengan pertengkaran yang tidak ada habisnya ini. Sehingga, saat anak-anak itu masuk ke dalam bus dan mulai berebut tempat duduk, sang sopir berseru "tidak ada kulit hitam atau putih. Hanya ada kulit biru!"

Sesaat, mereka terdiam. Seisi bus menjadi hening.

Lalu tiba-tiba, seorang anak dari kelompok kulit putih berseru. "oke, kalau begitu, yang berkulit biru muda duduk di depan dan yang biru tua duduk di belakang!". Dan seketika, seisi bus menjadi riuh kembali.

Pada akhirnya gertakan tersebut tidak membuat kondisi ini berubah. Sama seperti apa yang kita alami saat ini. Himbauan, pengumuman, dekrit ataupun sosialisasi, baik itu bersifat lisan maupun tulisan, pada akhirnya tidak berperan banyak untuk mengubah kebiasaan orang yang mendarah daging. Sebab perbuatan selalu jauh lebih kuat dibanding perkataan.

"Terbentur, terbentur, terbentuk", sebuah ungkapan yang kerap terucap belakangan ini. Kita memang kadang harus dibenturkan dengan permasalahan, agar mau melakukan perubahan atau memiliki kesadaran. Manusia tidak akan bisa bertahan hidup hingga di titik menjadi homo sapiens jika bukan karena nenek moyang kita yang terus berevolusi dan berubah mengikuti dunia. Toh perubahan bukanlah hal yang bisa dihindarkan. Bukankab bergerak tanda maju? Jika Indonesia maju adalah mimpi kita, maka perubahan-perubahan revolusioner menanti kita di depan.


CS - 17.04.21

Inspired by today's homily by Fr. Johanes Haryatmoko, SJ.

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Essay LPDP 2022

AYD girls squad

Raya kala