World Dance Day

 


Tanggal 29 April diperingati sebagai Hari Tari Sedunia, dan beberapa tahun yang lalu aku sempat ikut meramaikan hari ini dengan menari dalam acara World Dance Day yang diadakan di ISI Surakarta, bersama dengan teman-teman dari Nalitari.

Menari sudah menjadi hal penting dalam hidupku. Sejak kecil aku telah diperkenalkan dengan tari ballet, walau hanya sebentar. Saat SD, aku hanya menari sesekali saat jam seni. Namun minatku terhadap tari kembali muncul saat aku homeschooling; pada masa ini aku banyak mengambil kesempatan untuk belajar menari, mulai dari tari kontemporer bersama dengan DanceAbility, hingga mengapresiasi budaya sendiri dengan belajar tari Bali di sanggar Saraswati, atau belajar tari piring di rumah.

Mengenali beberapa tarian membuatku memahami cara-cara menari. Tari tradisional memiliki pakem dan aturan yang harus diikuti, dengan segala gerakan dan nafas yang diperhitungkan. Sedangkan tari kontemporer memberikan kita ruang untuk mengekspresikan diri, baik emosi positif maupun negatif, bergerak pun boleh cepat ataupun lambat. Tari kontemporer bagaikan meditasi dalam gerak.

Bagiku tidak ada yang lebih penting, kedua jenis tarian ini memiliki posisi yang penting dalam diriku. Tari-tari tradisional mengajariku untuk taat pada aturan dan tradisi, tari kontemporer dan modern membebaskan kita mengeksplorasi rasa dan ruang gerak diri. Hal ini aku pelajari lebih lanjut ketika aku diberi kesempatan untuk menjadi subjek penelitian skripsi seorang mahasiswa tari UNY. Bersamanya, aku berproses bersama untuk mengenal dan mengekspresikan emosi lebih baik. Pengalaman ini pula lah yang telah membangunku perlahan untuk menjadi individu yang lebih percaya diri dan belajar untuk mengekspresikan perasaan lebih baik. Bagiku, ini lebih dari sekadar penelitian dan tugas akhir; ini adalah terapi.

Era pandemi telah membekukan segala aktivitas fisik yang biasa sering kulakukan, kehidupan pasca kuliah semakin memperparah keadaan ini. Meskipun demikian, aku tetap masih suka menari, dalam setiap gerakan tangah ketika mendengarkan segala jenis lagu, atau bahkan gerak-gerikku di depan kelas sebagai guru, ssebab menari pada esensinya adalah nafas dan gerakan hidup kita sehari-hari.

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Essay LPDP 2022

AYD girls squad

Raya kala